Jumat, 31 Januari 2014

Pesantren di Indonesia

"+"


Pesantren Dalam Pengembangan
Pendidikan di Indonesia



Pesantren seharusnya saat ini berperan sebagai subsistem dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Keberadaan lembaga pesantren telah berperan sebagai cabang dari sistem pendidikan nasional. Keberadaan yang demikian layak disematkan karena kenyataannya ribuan jumlah pesantren telah memenuhi banyak area di Indonesia yang tidak terjangkau oleh sekolah. Bahkan peranan pendidikan pesantren telah ada, jauh sebelum lembaga pemerintah yang mengurusi pendidikan berdiri. Dalam kaijian tentang pesantren, keberadaannya saat ini antara lain pertama sebagai upaya pengembangan pendidikan nasional tentunya memerlukan instrumen sebagai media untuk menerapkan misinya. Instrumen atau sarana dan prasarana bagi proses pendidikan perlu dibangun atau disediakan, seperti bangunan sekolah dan fasilitas lainnya, baik formal maupun informal. Kiai, ulama, dan masyarakat secara umum di beberapa tempat tertentu membangun pesantren agar masyarakat memiliki sarana sendiri dalam rangka mencerdaskan kehidupan mereka. Dalam kasus ini, peranan pesantren sebagai instrumen pendidikan nasional adalah aktif.
Kedua sebagai penyelenggara pendidikan agama. Pesantren secara sensual mengembangkan pendidikan berbasis motivasi agama. Pesantren dibangun untuk secara efektif mengembangkan upaya penyebaran dan dakwah Islam. Untuk hasil ini, pesantren menekankan pengembangan pengetahuan, etika dan keterampilan yang dibingkai dalam pengajaran agama. Tujuan utama pengajaran semacam ini adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki ketinggian moral dan konsisten dalam menjalankan kebaikan. Sejalan dengan salah satu penetapan dalam tujuan pendidikan nasional yang ingin menciptakan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Oleh karena itu, pengajaran agama dikembangkan secara terpadu baik yang diselenggarakan di sekolah atau madrasah sebagai lembaga formal, ataupun pesantren sebagai lembaga informal dalam pendidikan.
Ketiga dalam realitas, masih terdapat banyak orang yang tidak menyadari pentingnya pendidikan. Ini disebabkan karena ketiadaan lembaga-lembaga pendidikan di tempat-tempat tertentu dan karena kurangnya fasilitas yang mendukung program kependidikannya. Di komunitas tertentu bahkan ada kecenderungan untuk mengirimkan anak-anak ke pesantren yang jauh dari daerah tempat tinggalnya. Hal ini semata-mata tidak karena biaya pesantren lebih murah daripada lembaga pendidikan lainnya, tetapi karena adanya kepercayaan dari masyarakat bahwa hal yang paling utama bagi anak-anak adalah pengajaran agama. Kenyataan ini tidak serta merta bearti bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan alternatif akan menghambat pengembangan lembaga-lembaga pendidikan formal. Namun sesungguhnya ini menunjukkan bahwa pesantren memiliki massanya tersendiri.
Keempat salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia yang memiliki kepercayaan diri dan rasa tanggungjawab pada komunitas dan bangsanya. Diketahui bahwa pendidikan di pesantren mengembangkan pola pikir dan kebiasaan santri untuk hidup dalam kemandirian, untuk meningkatkan keterampilan, dan untuk memiliki semangat kewiraswastaan. Santri hidup bersama dan dilatih bertanggungjawab terhadap teman-teman sesama santri.  Di beberapa pesantren, pembekalan terhadap santri melalui usaha kewiraswastaan diajarkan dan diterapkan baik dalam skala kecil maupun mengembangkan bisnis dalam skala besar di pesantren. Ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan umum yang mensyaratkan setiap individu memiliki keterampilan tertentu yang dapat dikembangkan setelah lulus sebagai bekalnya di masa depan, disamping pengetahuan agama.

Berkaitan dengan hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat, setidaknya ada tiga pandangan yang berbeda. Pertama  adalah bahwa lembaga pendidikan merupakan instrumen atau sarana masyarakat dalam upaya menyebarkan dan menyiarkan pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi kelangsungan dan kestabilan masyarakat. kedua adalah bahwa lembaga pendidikan, terutama pada era perubahan, adalah salah satu agen yang penting untuk membantu terlaksananya perubahan yang radikal. Dalam pandangan ini, lembaga pendidikan tidak hanya menjadi instrumental yang membawa perubahan saja, tetapi juga harus melakukan perubahan sendiri sebagai upaya penyesuaian dan pemeloporan. Ketiga adalah bahwa seharusnya ada hubungan interaksi yang dinamis antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Keberadaan lembaga pendidikan mendapat pengaruh dari masyarakat, ini karena pendidikan merupakan bagian dari masyarakat, dan diharapkan mampu memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk membawa perubahan yang diinginkan. Yang paling penting adalah konstruksi budaya masyarakat masih memandang pesantren sebagai pusat pengembangan dan peningkatan pendidikan keagamaan. Disamping itu, juga sebagai agen pengembangan dan transformasi bagi komunitasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar