Jumat, 31 Januari 2014

Metode Pembelajaran Agama

"+"

KAJIAN METODOLOGI
Pembelajaran Agama



Banyak orang menerjemahkan pengertian “metode” dengan “cara”. Ini tidak seluruhnya salah karena memang metode dapat diartikan sebagai cara. Namun dalam bahasa Inggris ada dua kata yang bearti cara, yaitu kata “way” dan “method”. Penggunaan dua kata ini akan lebih jelas dalam pertanyaan berikut. Jika saya bertanya, “bagaimana cara ke Jakarta?”, maka saya tidak dapat menggunakan kata method, melainkan yang lebih tepat adalah kata way. Sebaliknya jika saya bertanya, “bagaimana cara yang paling tepat untuk menanamkan nilai keimanan kepada anak?”, maka kata “cara” yang harus digunakan adalah kata method, bukan way. Jadi apa sebenarnya metode itu?
Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan kata method dan way dalam bahasa Inggris. Karena metode bearti cara yang paling tepat dan cepat, urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan. Karena itu suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen, percobaan terus menerus.
Menggunakan argumen di atas, metode pembelajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam. Kata “tepat dan cepat” ini sering diungkapkan dengan kata “efektif dan efisien”. Jadi metode pembelajaran agama Islamdapat juga diartikan sebagai “cara yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran agama Islam”. Pembelajaran yang efektif artinya pembelajaran yang berguna dan dipahami oleh murid secara tepat dan sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pembelajaran yang tepat ialah pembelajaran yang berfungsi pada peserta didik. Kata “berfungsi” artinya menjadi milik peserta didik sama halnya bahwa pengajaran itu mampu membentuk dan mempengaruhi pribadi peserta didik. Pembelajaran yang tidak mampu membentuk dan mempengaruhi kepribadian anak, bearti pembelajaran yang tidak fungsional.
Pembelajaran yang cepat (efektif) ialah pembelajaran yang tidak memerlukan waktu lama, namun menghasilkan sesuatu atau berhasil guna dan sesuai sasaran. Selanjutnya sering timbul masalah, bahwa keterampilan atau sikap tertentu dapat diajarkan secara tepat, tetapi belum tentu cepat. Atau sebaliknya, materi tertentu dapat diajarkan secara cepat, namun belum tentu tepat. Misalnya, pelajaran salat atau manasik haji akan lebih efektif dan efisien jika di madrasah/ pesantren tersedia video dan tempat manasik lengkap. Bila peralatan itu tidak tersedia, terpaksa guru mengajarkannya melalui demonstrasi. Hasilnya akan tepat juga, tetapi memerlukan waktu yang relative lama. Disinilah letak kreativitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran secara tepat dan menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya.
Lalu bagaimana cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam? Pertanyaan ini tidak mudah di jawab. Ada beberapa konsep pertanyaan yang perlu diperjelas untuk menjawab pertanyaan itu; pertama siapa yang diajar?; kedua berapa jumlahnya?; ketiga seberapa dalam agama Islam diajarkan?; keempat seberapa luas (sequent) yang akan diajarkan?; kelima dinama pembelajaran itu berlangsung?; keenam peralatan apa saja yang tersedia?; ketujuh aspek apa yang akan ditekankan?. Pertanyaan-pertanyaan itu menegaskan bahwa metode yang tepat dan cepat dalam pembelajaran agama Islam harus memperhatikan banyak aspek. Oleh karena itu, membicarakan metode pembelajaran agama tidak cukup hanya mengetahui atau memahami metode mengajar. Apalagi metode mengajar yang pada umumnya dijelaskan dalam buku-buku adalah berbagai macam metode mengajar “konvensional” yang jumlahnya banyak seperti metode ceramah, diskusi, demonstrasi, resitasi, karya wisata, kerja kelompok dan sebagainya. Berbagai metode itu disebut metode umum. Dikatakan umum karena dapat digunakan dalam mengajarkan apapun juga. Kalau demikian, apakah ada metode khusus dalam mengajarkan agama Islam? Secara teknis dapat dijawab “ada”. Apa bentuknya? Jawabnya, bisa macam-macam.

Kunci Penerapan Metode: Kreatif dan Luwes
Membahas metode-metode tersebut, satu persatu agar mengetahui secara jelas karakteristik tertentu. Hal ini agar guru dapat memilih berbagai kemungkinan metode yang paling tepat digunakan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Secara normatif, pemilihan metode harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan yang hendak dicapai. Jika tujuannya pembinaan nilai (ranah afektif), metode drill atau ceramah kurang tepat digunakan. Maka metode keteladanan atau pembiasaan dalam penciptaan lingkungan madrasah yang islami akan lebih berhasil untuk menanamkan nilai agama. Orientasi pada nilai mengharuskan pada guru mampu memilih secara tepat metode yang akan digunakan; 2) keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, gaya dan cara belajar, dan perbedaan-perbedaan individu dan sebagainya. Pemilihan metode dalam hal ini pada dasarnya adalah untuk “melayani” peserta didik dengan sebaik-baiknya, sehingga materi yang disampaikan dipahami secara baik oleh peserta didik; 3) kemampuan guru menggunakan metode tersebut mencakup wawasan, keahlian, atau keadaan fisik. Metode ceramah memerlukan penguasaan materi dan fisik guru. Begitu juga metode diskusi menuntut keahlian guru agak tinggi karena informasi yang diperlukan dalam melaksanakan metode ini lebih banyak mengeksplor materi; 4) sifat bahan pelajaran. Ada materi pelajaran yang lebih baik disampaikan melalui metode ceramah, ada melalui karya wisata, bahkan ada yang harus menggunakan beberapa metode sekaligus. Memilih metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan dijarkan bukan persoalan mudah. Kreativitas dan kejelian guru sangat menentukan; 5) alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang digunakan. Bila metode eksperimen yang dipilih maka alat-alat yang mendukung eksperimen harus tersedia, perlu diperhatikan jumlah dan mutu alat tersebut; 6) situasi yang melingkupi pembelajaran, misalnya situasi kelas, lingkungan sekolah. Metode ceramah akan efektif jika ruangan memadai sehingga jangkauan suara guru tersebar merata. Penataan kursi bangku peserta didik dan penggunaan alat peraga dan sebagainya. Penciptaan suasana kondusif dilakukan agar peserta didik kondusif dan betah di dalam kelas.

Karena banyaknya bahan yang harus dipertimbangkan, menentukan metode mengajar memang tidak mudah. Namun dalam pembuatan lesson plan (rencana pembelajaran), yang sulit dilakukan adalah menerapkan suatu metode yang sesuai dengan rencana pembelajaran. Dalam susunan langkah-langkah, kegiatan pembelajaran, jenis metode pembelajaran tidak dipersoalkan. Metode itu telah menyatu dalam satu konsep yang utuh di rencana pembelajaran. Maka kreativitas guru dan keluwesan guru dalam menerapkan metode secara umum sangat berperan. Rencana pembelajaran yang baik, belum tentu berhasil jika metode penyampaiannya salah. Sebaliknya, metode yang diterapkan secara rigid sesuai konsep yang dikehendaki alan gagal jika situasi yang terjadi saat pembelajaran tidak diperhitungkan. Pembelajaran agama yang lebih banyak berorientasi pada nilai tidak bisa diukur dari sejauhmana kesiapan guru agama menyiapkan lesson plannya. Keberhasilan guru menyampaikan materi agama adalah ketika peserta didik mampu memahami dan menghayati dengan baik, yang selanjutnya mereka mampu mengamalkan apa yang diterima. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar