Minggu, 12 Januari 2014

pelajaran kisah Nabi Sulaiman dengan bilqis

"+"

Hikmah:
Dibalik Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis


       Dikisahkan pada suatu ketika, Burung Hudhud disuruh Nabi Sulaiman mengantar surat kepada Ratu Balqis. Isinya, perintah kepada Balqis untuk segera menghadap dan diharuskan menyatakan diri masuk agama Islam. Sang Ratu membaca surat itu, langsung mengundang para panglima-panglimanya untuk bersidang. Ajakan Nabi Sulaiman itu dipandang oleh kelompok ratu Balqis sebagai strategi untuk menantang berperang, maka jajaran para panglimanya menyatakan “kami sanggup menghadapi Sulaiman untuk perang”. Tapi, karena ini masalah politik sepenuhnya diserahkan kepada sang ratu…….
         Selanjutnya apa yang dilakukan oleh ratu Balqis?.....ia membalas surat itu dengan bingkisan kado. Sang ratu tidak tahu persis apa maunya Sulaiman. Dalam perhitungan ratu Balqis, kalau Sulaiman menerima bingkisan tersebut, tentu hanya materi yang dituju. Tapi, kalau ia menolak, ia sungguh-sungguh, berarti surat ini benar-benar suatu keputusan yang merupakan kenyakinan bulat, dan hal ini menunjukkan sebuah prinsip yang tidak bisa ditawar. Demikian anggapan sang ratu, atas respon kiriman surat yang didapatkan dari Nabi Sulaiman.
         Benar, ternyata Nabi Sulaiman menolak. Balqis berkesimpulan, bahwa yang ia hadapi adalah manusia yang punya “kenyakinan hidup” bukan manusia yang “membutuhkan benda untuk hidup”. Kisah tersebut tergambar dalam firman Allah dikisahkan pada Surat An-Naml ayat 29-31; artinya: “berkata ia (Balqis): Hai para pembesar, telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang sangat berharga. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, Isinya: dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Janganlah kamu berbuat sombong kepadaku. Datanglah kepadaku sebagai orang yang berserah diri”.
Surat An-Naml ayat 32: “Hai pembesar-pembesar, berilah aku pertimbangan dalam masalah ini. Tidak pernah satu persoalan (apa pun) aku putuskan tanpa melalui majlis ini”. Surat An-Naml ayat 33: “Para pembesar menjawab, “kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga punya keberanian dalam perang. Keputusan berada di tangan ratu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan kepada kami”. Surat An-Naml ayat 34-37: “Balqis berkata: “sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, mereka akan memusnahkan suatu negeri itu, mereka akan musnahkan negeri itu, mereka jadikan penduduk yang mulia kepada hina. Begitu pula yang akan mereka perbuat. Sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah. Aku akan menunggu, apakah utusan-utusan itu akan kembali”.
Tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, berkata Sulaiman kepadanya: apakah pantas kamu menolong aku dengan harta? Sesungguhnya apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik dari pada yang Allah berikan kepadamu, tapi engkau merasa bangga dengan hadiah itu. Kembalikan sungguh kami akan datangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, pasti kami akan mengusir dari negeri itu (Saba’) dengan terhina. Mereka akan menjadi tawanan-tawanan yang tidak berharga”.
         Dikisahkan singgasana ratu Balqis didatangkan oleh Nabi Sulaiman, sebelum Balqis dan pengikutnya datang berserah diri. Setalah tiba rombongan ratu Balqis, bertanya Sulaiman kepadanya: “serupa inikah singgasanamu?”. Balqis dengan perasaan keheranan menjawab diplomatis, “seolah-olah singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri” (an-naml 42). Ini adalah contoh dari ketinggian akal dan alam berpikir kaum wanita yang tak kalah dengan pria. Dibalik kelembutannya, seorang wanita mampu menyembunyikan kegelisahannya di hadapan publik. Ini menjadi bukti bahwa Allah SWT menentukan wanita dan pria telah diberikan kelebihan yang dimiliki masing-masingnya. Seperti contohnya, Allah SWT memilih Maryam binti Imron untuk tugas-tugas khusus yang tidak bisa dilakukan oleh kaum laki-laki yakni dengan mengandung Nabi Isa as.
      Allah SWT berfirman dalam Al qur’an Surat Ali Imron ayat 42, ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu, melebihkan kamu dari segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. Itu sebagai contoh, betapa Allah memilih wanita dengan memberinya untuk tugas-tugas tertentu yang tidak bisa diberikan kepada kaum laki-laki.
       Dengan datangnya Islam, kaum wanita memperoleh kebebasan dalam kehidupannya. Mereka bebas untuk berfikir, bebas menentukan pilihan, bebas untuk memilih dan dipilih dan banyak lagi sisi kehidupan yang bisa ditentukan oleh kaum wanita sendiri. Dalam hal-hal seperti itu persamaan antara laki-laki dan wanita, kebersamaan terpadu atau emansipasi dalam bentuk yang wajar, yakni yang sesuai dengan kodratnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar