Hikmah:
Dibalik Kisah Nabi
Sulaiman dan Ratu Balqis
Dikisahkan
pada suatu ketika, Burung Hudhud disuruh Nabi Sulaiman mengantar surat kepada
Ratu Balqis. Isinya, perintah kepada Balqis untuk segera menghadap dan
diharuskan menyatakan diri masuk agama Islam. Sang Ratu membaca surat itu,
langsung mengundang para panglima-panglimanya untuk bersidang. Ajakan Nabi
Sulaiman itu dipandang oleh kelompok ratu Balqis sebagai strategi untuk
menantang berperang, maka jajaran para panglimanya menyatakan “kami sanggup
menghadapi Sulaiman untuk perang”. Tapi, karena ini masalah politik sepenuhnya
diserahkan kepada sang ratu…….
Selanjutnya
apa yang dilakukan oleh ratu Balqis?.....ia membalas surat itu dengan bingkisan
kado. Sang ratu tidak tahu persis apa maunya Sulaiman. Dalam perhitungan ratu
Balqis, kalau Sulaiman menerima bingkisan tersebut, tentu hanya materi yang
dituju. Tapi, kalau ia menolak, ia sungguh-sungguh, berarti surat ini
benar-benar suatu keputusan yang merupakan kenyakinan bulat, dan hal ini
menunjukkan sebuah prinsip yang tidak bisa ditawar. Demikian anggapan sang ratu,
atas respon kiriman surat yang didapatkan dari Nabi Sulaiman.
Benar,
ternyata Nabi Sulaiman menolak. Balqis berkesimpulan, bahwa yang ia hadapi
adalah manusia yang punya “kenyakinan hidup” bukan manusia yang “membutuhkan
benda untuk hidup”. Kisah tersebut tergambar dalam firman Allah dikisahkan pada
Surat An-Naml ayat 29-31; artinya: “berkata ia (Balqis): Hai para
pembesar, telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang sangat berharga.
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, Isinya: dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Janganlah kamu berbuat sombong kepadaku.
Datanglah kepadaku sebagai orang yang berserah diri”.
Surat An-Naml ayat 32: “Hai pembesar-pembesar, berilah aku
pertimbangan dalam masalah ini. Tidak pernah satu persoalan (apa pun) aku
putuskan tanpa melalui majlis ini”. Surat An-Naml ayat 33: “Para pembesar menjawab, “kita adalah
orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga punya keberanian dalam perang.
Keputusan berada di tangan ratu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu
perintahkan kepada kami”. Surat An-Naml ayat 34-37: “Balqis berkata: “sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri,
mereka akan memusnahkan suatu negeri itu, mereka akan musnahkan negeri itu,
mereka jadikan penduduk yang mulia kepada hina. Begitu pula yang akan mereka perbuat.
Sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah. Aku akan
menunggu, apakah utusan-utusan itu akan kembali”.
Tatkala
utusan itu sampai kepada Sulaiman, berkata Sulaiman kepadanya: apakah pantas
kamu menolong aku dengan harta? Sesungguhnya apa yang diberikan Allah kepadaku
lebih baik dari pada yang Allah berikan kepadamu, tapi engkau merasa bangga
dengan hadiah itu. Kembalikan sungguh kami akan datangi mereka dengan
balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, pasti kami akan mengusir dari
negeri itu (Saba’) dengan terhina. Mereka akan menjadi tawanan-tawanan yang
tidak berharga”.
Dikisahkan
singgasana ratu Balqis didatangkan oleh Nabi Sulaiman, sebelum Balqis dan
pengikutnya datang berserah diri. Setalah tiba rombongan ratu Balqis, bertanya
Sulaiman kepadanya: “serupa inikah singgasanamu?”. Balqis
dengan perasaan keheranan menjawab diplomatis, “seolah-olah singgasana
ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah
orang-orang yang berserah diri”
(an-naml
42). Ini adalah contoh dari ketinggian akal dan alam berpikir kaum wanita yang
tak kalah dengan pria. Dibalik kelembutannya, seorang wanita mampu menyembunyikan
kegelisahannya di hadapan publik. Ini menjadi bukti bahwa Allah SWT menentukan
wanita dan pria telah diberikan kelebihan yang dimiliki masing-masingnya. Seperti
contohnya, Allah SWT memilih Maryam binti Imron untuk tugas-tugas khusus yang
tidak bisa dilakukan oleh kaum laki-laki yakni dengan mengandung Nabi Isa as.
Allah
SWT berfirman dalam Al qur’an Surat Ali Imron ayat 42, “ingatlah
ketika malaikat Jibril berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih
kamu, mensucikan kamu, melebihkan kamu dari segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu)”. Itu sebagai contoh, betapa Allah
memilih wanita dengan memberinya untuk tugas-tugas tertentu yang tidak bisa
diberikan kepada kaum laki-laki.
Dengan
datangnya Islam, kaum wanita memperoleh kebebasan dalam kehidupannya. Mereka bebas
untuk berfikir, bebas menentukan pilihan, bebas untuk memilih dan dipilih dan
banyak lagi sisi kehidupan yang bisa ditentukan oleh kaum wanita sendiri. Dalam
hal-hal seperti itu persamaan antara laki-laki dan wanita, kebersamaan terpadu
atau emansipasi dalam bentuk yang wajar, yakni yang sesuai dengan kodratnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar