KAJIAN
METODOLOGI
Pembelajaran
Agama
Banyak
orang menerjemahkan pengertian “metode” dengan “cara”. Ini tidak seluruhnya
salah karena memang metode dapat diartikan sebagai cara. Namun dalam bahasa
Inggris ada dua kata yang bearti cara, yaitu kata “way” dan “method”.
Penggunaan dua kata ini akan lebih jelas dalam pertanyaan berikut. Jika saya
bertanya, “bagaimana cara ke Jakarta?”, maka saya tidak dapat menggunakan kata method, melainkan yang lebih tepat
adalah kata way. Sebaliknya jika saya
bertanya, “bagaimana cara yang paling tepat untuk menanamkan nilai keimanan
kepada anak?”, maka kata “cara” yang harus digunakan adalah kata method, bukan way. Jadi apa sebenarnya metode itu?
Metode
adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling
tepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang
membedakan kata method dan way dalam bahasa Inggris. Karena metode
bearti cara yang paling tepat dan cepat, urutan kerja dalam suatu metode harus
diperhitungkan. Karena itu suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen,
percobaan terus menerus.
Menggunakan
argumen di atas, metode pembelajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat
dan cepat dalam mengajarkan agama Islam. Kata “tepat dan cepat” ini sering
diungkapkan dengan kata “efektif dan efisien”. Jadi metode pembelajaran agama
Islamdapat juga diartikan sebagai “cara yang paling efektif dan efisien dalam
pembelajaran agama Islam”. Pembelajaran yang efektif artinya pembelajaran yang
berguna dan dipahami oleh murid secara tepat dan sempurna. Dalam ilmu
pendidikan sering juga dikatakan bahwa pembelajaran yang tepat ialah
pembelajaran yang berfungsi pada peserta didik. Kata “berfungsi” artinya
menjadi milik peserta didik sama halnya bahwa pengajaran itu mampu membentuk
dan mempengaruhi pribadi peserta didik. Pembelajaran yang tidak mampu membentuk
dan mempengaruhi kepribadian anak, bearti pembelajaran yang tidak fungsional.
Pembelajaran
yang cepat (efektif) ialah pembelajaran yang tidak memerlukan waktu lama, namun
menghasilkan sesuatu atau berhasil guna dan sesuai sasaran. Selanjutnya sering
timbul masalah, bahwa keterampilan atau sikap tertentu dapat diajarkan secara
tepat, tetapi belum tentu cepat. Atau sebaliknya, materi tertentu dapat
diajarkan secara cepat, namun belum tentu tepat. Misalnya, pelajaran salat atau
manasik haji akan lebih efektif dan efisien jika di madrasah/ pesantren
tersedia video dan tempat manasik lengkap. Bila peralatan itu tidak tersedia,
terpaksa guru mengajarkannya melalui demonstrasi. Hasilnya akan tepat juga,
tetapi memerlukan waktu yang relative lama. Disinilah letak kreativitas guru
dalam menerapkan metode pembelajaran secara tepat dan menghasilkan manfaat yang
sebesar-besarnya.
Lalu
bagaimana cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam?
Pertanyaan ini tidak mudah di jawab. Ada beberapa konsep pertanyaan yang perlu
diperjelas untuk menjawab pertanyaan itu; pertama
siapa yang diajar?; kedua berapa
jumlahnya?; ketiga seberapa dalam
agama Islam diajarkan?; keempat seberapa
luas (sequent) yang akan diajarkan?; kelima dinama pembelajaran itu
berlangsung?; keenam peralatan apa
saja yang tersedia?; ketujuh aspek
apa yang akan ditekankan?. Pertanyaan-pertanyaan itu menegaskan bahwa metode
yang tepat dan cepat dalam pembelajaran agama Islam harus memperhatikan banyak
aspek. Oleh karena itu, membicarakan metode pembelajaran agama tidak cukup
hanya mengetahui atau memahami metode mengajar. Apalagi metode mengajar yang
pada umumnya dijelaskan dalam buku-buku adalah berbagai macam metode mengajar
“konvensional” yang jumlahnya banyak seperti metode ceramah, diskusi,
demonstrasi, resitasi, karya wisata, kerja kelompok dan sebagainya. Berbagai
metode itu disebut metode umum. Dikatakan umum karena dapat digunakan dalam
mengajarkan apapun juga. Kalau demikian, apakah ada metode khusus dalam
mengajarkan agama Islam? Secara teknis dapat dijawab “ada”. Apa bentuknya?
Jawabnya, bisa macam-macam.
Kunci Penerapan Metode: Kreatif
dan Luwes
Membahas
metode-metode tersebut, satu persatu agar mengetahui secara jelas karakteristik
tertentu. Hal ini agar guru dapat memilih berbagai kemungkinan metode yang
paling tepat digunakan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Secara
normatif, pemilihan metode harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1)
tujuan yang hendak dicapai. Jika tujuannya pembinaan nilai (ranah afektif),
metode drill atau ceramah kurang
tepat digunakan. Maka metode keteladanan atau pembiasaan dalam penciptaan
lingkungan madrasah yang islami akan lebih berhasil untuk menanamkan nilai
agama. Orientasi pada nilai mengharuskan pada guru mampu memilih secara tepat
metode yang akan digunakan; 2) keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang
tingkat kecerdasan, kematangan, gaya dan cara belajar, dan perbedaan-perbedaan
individu dan sebagainya. Pemilihan metode dalam hal ini pada dasarnya adalah
untuk “melayani” peserta didik dengan sebaik-baiknya, sehingga materi yang
disampaikan dipahami secara baik oleh peserta didik; 3) kemampuan guru
menggunakan metode tersebut mencakup wawasan, keahlian, atau keadaan fisik.
Metode ceramah memerlukan penguasaan materi dan fisik guru. Begitu juga metode
diskusi menuntut keahlian guru agak tinggi karena informasi yang diperlukan
dalam melaksanakan metode ini lebih banyak mengeksplor materi; 4) sifat bahan
pelajaran. Ada materi pelajaran yang lebih baik disampaikan melalui metode
ceramah, ada melalui karya wisata, bahkan ada yang harus menggunakan beberapa
metode sekaligus. Memilih metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan
dijarkan bukan persoalan mudah. Kreativitas dan kejelian guru sangat
menentukan; 5) alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang
digunakan. Bila metode eksperimen yang dipilih maka alat-alat yang mendukung
eksperimen harus tersedia, perlu diperhatikan jumlah dan mutu alat tersebut; 6)
situasi yang melingkupi pembelajaran, misalnya situasi kelas, lingkungan
sekolah. Metode ceramah akan efektif jika ruangan memadai sehingga jangkauan
suara guru tersebar merata. Penataan kursi bangku peserta didik dan penggunaan
alat peraga dan sebagainya. Penciptaan suasana kondusif dilakukan agar peserta
didik kondusif dan betah di dalam kelas.
Karena
banyaknya bahan yang harus dipertimbangkan, menentukan metode mengajar memang
tidak mudah. Namun dalam pembuatan lesson
plan (rencana pembelajaran), yang sulit dilakukan adalah menerapkan suatu
metode yang sesuai dengan rencana pembelajaran. Dalam susunan langkah-langkah,
kegiatan pembelajaran, jenis metode pembelajaran tidak dipersoalkan. Metode itu
telah menyatu dalam satu konsep yang utuh di rencana pembelajaran. Maka
kreativitas guru dan keluwesan guru dalam menerapkan metode secara umum sangat
berperan. Rencana pembelajaran yang baik, belum tentu berhasil jika metode
penyampaiannya salah. Sebaliknya, metode yang diterapkan secara rigid sesuai
konsep yang dikehendaki alan gagal jika situasi yang terjadi saat pembelajaran
tidak diperhitungkan. Pembelajaran agama yang lebih banyak berorientasi pada
nilai tidak bisa diukur dari sejauhmana kesiapan guru agama menyiapkan lesson plannya. Keberhasilan guru
menyampaikan materi agama adalah ketika peserta didik mampu memahami dan
menghayati dengan baik, yang selanjutnya mereka mampu mengamalkan apa yang
diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar