Sabtu, 05 Juli 2014

Sistem Evaluasi Pembelajaran Bagi Anak Prasekolah

"+"



SISTEM EVALUASI
DALAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK PRASEKOLAH



           Sebagai upaya menyediakan informasi tentang baik buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran dibutuhkan penyelenggaraan evaluasi. Dalam hal ini, evaluasi mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan pada informasi tentang sejauhmana perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran yang optimal.[1]
          Penilaian terhadap proses belajar mengajar bertujuan untuk mengambil keputusan tentang hasil belajar, memahami anak didik, memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.[2] Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui penguasaan anak didik terhadap bahan-bahan pelajaran dan efektifitas kegiatan pengajaran.
Langkah yang ditempuh dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar diantaranya:
a          Penilaian kelas, yaitu penilaian yang dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir
b         Tes kemampuan dasar, yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.
c          Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, dilakukan setiap akhir semester dan tahun pelajaran guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.
d         Benchmarking, merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sudah berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Indikasi keunggulan didasarkan pada tingkat sekolah, daerah, atau nasional.
e          Penilaian program, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan jaman.[3]
        Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam pendidikan anak prasekolah mengacu pada penilaian perkembangan sosial, emosional, fisik, maupun perkembangan intelektualnya. Beberapa jenis penilaian hasil belajar anak prasekolah antara lain:
a     Pengamatan (observasi)
Adalah suatu cara untuk mendapatkan keterangan mengenai reaksi anak, tingkah lakunya, dan ucapanya dengan melihat, mendengar dan mencatat dengan cermat.
b    Tes yang distandarisasi
Adalah sekumpulan butir tertentu yang secara teliti dikembangkan untuk mengukur prestasi seseorang dalam bidang tertentu. Pada anak prasekolah biasanya tes ini digunakan untuk menilai kesiapan menyelesaikan tugas yang bersifat formal dan berkaitan dengan ketrampilan yang diperlukan di sekolah.
c     Tes informal
Adalah menampilkan penguasaan anak tentang apa yang telah diajarkan guru pada masing-masing kelas, dan hasil ini dapat digunakan untuk memperbaiki program atau kegiatan pembelajaran dalam kelas tersebut.
d    Inventori sikap dan minat
Yaitu penilaian untuk mengetahui informasi tentang bagaimana anak menghayati berbagai keinginan dan minat dengan memberikan pertanyaan langsung kepada anak, pertanyaan biasanya bersifat terbuka.
e     Penilaian diri
Adalah untuk memperoleh keterangan tentang ketrampilan anak. Dalam hal ini digunakan checklist yang merekam tingkah laku anak dalam situasi bermain, ketrampilan fisik sehingga pada akhir tahun ajaran di TK sudah mampu mengumpulkan hasil karyanya di dalam satu buku selama satu tahun.
f     Penilaian portofolio
Penilaian ini didasarkan pada hasil berbagai pekerjaan anak, catatan guru, dan evaluasi diri yang dilakukan anak. Guru mengumpulkan hasil kerja anak dalam beberapa tahun. Biasanya beberapa hasil karya anak (gambar, tugas melipat, menggunting) disimpan guru dan kemudian akan dikirimkan kepada orang tua.[4]
         Ditinjau dari beberapa konsep dan teori diatas dapat ditarik sebuah pemahaman tentang model pembelajaran learning by doing. Yaitu pemahaman dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan menjabarkan kurikulum, diantaranya; menguraikan bahan pelajaran, tema/pokok bahasan. Penjabaran bahan pelajaran diupayakan dengan mengkaitkan dan menganalogikan tema pelajaran sesuai alam sekitar dan lingkungan terdekat yang lugas sehingga mudah melakukan eksplorasi pengalaman. Tujuannya mengkondisikan anak didik pada pembelajaran yang akrab dengan dunia nyata/praktek.
        Selanjutnya memilih metode yang proporsional pada setiap pokok bahasan/tema. Pemilihan metode dalam pembelajaran learning by doing anak prasekolah ditekankan pada pengembangan kemampuan bahasa, daya pikir, daya cipta, ketrampilan dan jasmani. Jenis metode yang diterapka antara lain; metode bercerita dengan alat peraga, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode tanya jawab, metode bermain peran, dan metode proyek.
          Selain itu perencanaan pembelajaran learning by doing memperhatikan pemilihan dan pengadaan media pembelajaran berupa alat peraga yang terdapat dalam laboratorium, bengkel, kebun ataupun sarana penunjang lainnya.
          Metode dan media pembelajaran kemudian didukung dengan alokasi waktu yang memadai dalam rangka memberikan porsi bagi kegiatan praktek/melakukan. Paling tidak dalam melaksanakan pembelajaran learning by doing membutuhkan waktu lebih sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran terintegrasi.
       Pada tahapan proses interaksi belajar mengajar, peranan pendidik dominan dalam hal pengkondisian kelas yang nyaman, kreatif, dan efektif. Learning by doing dilaksanakan dalam kondisi kelas yang menyenangkan agar anak didik merasa dihargai, sehingga perubahan tingkah laku yang bersifat ilmu pengetahuan maupun sosial-emosional terealisir secara optimal.
Guru harus menguasai bahan pelajaran dan mampu mengembangkan secara aktual dan faktual. Harapannya dapat mentransformasikan dengan metode pembelajaran yang mengajak anak didik berpikir luas dan memiliki ruang aktualisasi terutama dalam hal penyelesaian masalah.
         Demikian pula dalam hal pemanfaatan media, kreativitas guru menjadi hal yang mutlak sebagai upaya pelaksanaan learning by doing. Media pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak didik dan sesuai dengan media yang digunakan lingkungan secara real. Pada setiap proses kegiatan belajar mengajar diupayakan menggunakan alat peraga meskipun berbentuk sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pemahaman dan imaginasi anak didik tentang materi yang disampaikan.
        Pada aspek yang lain, pembelajaran membutuhkan evaluasi untuk mengukur proses maupun hasil pembelajaran.evalusai dilakukan dimulai dari aspek prilaku, ukurannya adalah sejauhmana anak didik terbiasa mengaplikasikan tindakan positif. Selanjutnya menilai prestasi anak didik dalam bidang tertentu, misalnya penguasaan tentang materi yang telah diajarkan dan yang kemampuan menyelesaikan tugas. Selanjutnya juga penilaian tentang hasil pekerjaan anak dalam kurun waktu tertentu, aspeknya antara lain hasil dari proyek/tugas dan karya anak didik.


[1]  Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, Hlm.. 190
[2]  Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hlm. 209
[3]  E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, Hlm. 103-105
[4]  Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hlm. 139-146

Tidak ada komentar:

Posting Komentar