Kamis, 03 Juli 2014

Memaknai Proses Pembelajaran

"+"




MEMAKNAI 
PROSES PEMBELAJARAN


         Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.[1] Dengan demikian belajar mengajar hendaknya mengorientasikan pada nilai normatif, yaitu mengandung sejumlah nilai yang mampu mengubah tingkah laku, sikap dan perbuatan anak didik menjadi lebih baik, dewasa, dan bersusila. Proses interaksi edukatif melibatkan komunikasi aktif dua arah antara guru dan anak didik. Mereka hendaknya aktif dalam arti sikap, mental, dan perbuatan untuk sama-sama memahami usaha belajar. Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan ketrampilan proses, anak didik dituntut lebih aktif daripada guru. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator yang bertujuan untuk mengarahkan tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan.[2]
         Dalam menyusun program pengajaran guru dapat mengacu pada pendapat beberapa pakar pendidikan, diantaranya:
a.   Skinner
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, diharapkan responya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila ia tidak belajar maka responya akan menurun. Dalam menerapkan teori skinner, guru perlu memperhatikan dua hal penting, yaitu pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan penggunaan penguatan. Dengan demikian diperlukan pemilihan respon pada ranah kognitif atau afektif. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan adalah:
                                   1).    Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan prilaku positif dan prilaku negatif siswa yang kemudian memperkuat prilaku positif dan mengeliminir prilaku negatif.
                                   2).    Membuat daftar penguat positif. Guru mencari prilaku yang lebih disukai siswa, prilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
                                   3).    Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatanya.
                                   4).    Membuat program pembelajaran. Berisi urutan prilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat prilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan menjadi catatan penting bagi modifikasi prilaku selanjutnya.[3]
b.  Gagne
Gagne mengungkapkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang komplek dan menghasilkan kapabilitas. Kompleksitas tersebut digambarkan bahwa belajar merupakan interaksi antara keadaaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan, proses kognitif memunculkan suatu hasil belajar yang terdiri dari:
                                   1).    Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
                                   2).    Ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, serta prinsip.
                                   3).    Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, yaitu kemampuan penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
                                   4).    Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
                                   5).    Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Berkaitan dengan pembelajaran, maka guru dapat menyusun acara pembelajaran sebagai berikut:
a)    Persiapan untuk belajar
                                                              (1)     Menarik perhatian siswa dengan kejadian yang tidak seperti biasanya, pertanyaan atau perubahan stimulus.
                                                              (2)     Memberitahu siswa tentang tujuan belajar
                                                              (3)     Merangsang siswa agar mengingat kembali hasil belajar (apa yang telah dipelajari) sebelumnya.
b) Pemerolehan dan unjuk perbuatan
                                                              (1)     Menyajikan stimulus yang jelas sifatnya.
                                                              (2)     Memberikan bimbingan belajar
                                                              (3)     Memunculkan perbuatan siswa
                                                              (4)     Memberikan balikan informatif
c)  Retrival dan alih belajar
                                                              (1)     Menilai perbuatan siswa
                                                              (2)     Meningkatkan retensi dan alih belajar[4]
c.   Rogers
Dalam pembelajaran Rogers mengemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan guru, yaitu:
                              1).    Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.
                              2).    Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
                              3).    Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).
                              4).    Guru menggunakan metode simulasi.
                              5).    Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelaompok lain.
                              6).    Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
                              7).    Guru menggunakan pengajaran berprogram sebagai upaya menumbuhkan kreativitas siswa.[5]
Uraian teori belajar menurut beberap tokoh diatas mensyaratkan adanya proses pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan komunikasi efektif. Lebih lanjut Jerome S. Bruner memunculkan tahapan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada perubahan, yaitu:
a     Tahap Informasi
Siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh, ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
b    Tahap Transformasi
Informasi yang telah diperoleh harus dianalisis, diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Peran guru dalam tahapan ini sangat diharapakan untuk memilih strategi kognitif yang tepat sehingga tranformasi materi pelajaran sesuai tujuan pembelajaran.
c     Tahap Evaluasi
Menilai sejauhmana pengetahuan yang diperoleh siswa dapat dimanfaatkan untuk memahami dan merespon terhadap gejala-gejala lingkungan yang sedang dihadapi.[6]
Tahapan proses pembelajaran harus disesuaikan dengan hasil yang diharapkan yakni motivasi belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.
Dalam proses pembelajaran motivasi mempunyai peranan penting, karena merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Dengan demikian motivasi dapat menjadi tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, guru diharapkan mampu mengkondisikan kegiatan intelektual dan estetik agar siswa tertarik dalam proses pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan.[7]
Sebagai upaya menumbuhkan motivasi belajar siswa dibutuhkan proses pembelajaran yang tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Ukuran kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, antara lain menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, terjadinya perubahan tingkah laku positif dalam diri anak didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).[8]


[1]  Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, Hlm. 36
[2]  Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, Hlm. 12
[3]   Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, Hlm. 9-10
[4]  Ibid., Hlm. 11-12
[5]  Ibid., Hlm. 17
[6] S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, Hlm. 9-10
[7] Dimyati dan Mudjiono, Ibid., Hlm. 43
[8] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, Hlm. 101-102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar