Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling;
Membentuk
Perkembangan Perilaku Anak
Pada jenjang pendidikan SMP/ MTs merupakan usia-usia
remaja bagi setiap peserta didik. Pada posisi ini para remaja berada dalam masa
puber. Apabila pertumbuhan dan perkembangan anak telah beralih memasuki masa
remaja, maka mereka akan mengalami perubahan sikap dan perilaku yang
kadang-kadang drastis seperti malas belajar, lalai melaksanakan ibadah, menjadi
pendiam dan pemogok, mulai merokok dan lain-lain. Sesungguhnya penyimpangan
sikap dan perilaku remaja, tidak terjadi secara tiba-tiba akan tetapi melalui
proses panjang yang mendahuluinya. Sedemikian banyak perubahan yang terjadi
pada umur remaja itu, sudah pasti membawa kepada kegoncangan emosi.[1]
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya
baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu telah disalahgunakan oleh sebagian manusia. Disinilah letak
bahaya dan ancaman terhadap kehiduapan beragama para remaja. Berbagai hal yang
disajikan lewat media elektronik dan media cetak yang tidak jarang bertentangan
dengan budaya Timur dan agama Islam, akan menyesatkan perilaku para remaja.
Pengaruh yang dibawa oleh berbagai media itu tentu ada yang positif dan
negatif. Bimbingan keagamaan perlu diberikan agar mereka mampu menyaring
memilih mana yang baik untuk diambil.[2]
Apabila kita memperhatikan remaja yang sedang
mengalami kegoncangan emosi, angan-angannya banyak. Khayalan tentang yang
terlarang dalam agama mulai muncul, sebagai akibat pertumbuhan jasmaninya yang
mendekati ukuran orang dewasa, sedangkan kemampuan mengendalikan diri lemah.
Akibatnya terjadi kegoncangan emosi, walaupun kemampuan berpikir telah matang,
karena itu remaja yang sedang dalam gejala pertumbuhan yang kurang terlatih
dalam nilai moral dan agama mudah terseret dalam mengagumi dan meniru apa yang
menyenangkan dan menggiurkannya. Perbuatan salah perilaku menyimpang,
ketidakpuasaan terhadap orang tua, dan mungkin pula melakukan hal-hal terlarang
dalam agama dan hukum negara, merupakan menu sehari-hari. Karena hal-hal
tersebut untuk membentengi remaja dari kemungkinan terjadinya penyimpangan.
Selanjutnya dicari jalan terbaik bagi pembentukan dan pembinaan remaja agar
menjadi manusia yang teguh umumnya, kokoh pendiriannya, terpuji akhlaknya dan
tinggi semangatnya untuk membangun bangsa, masyarakatnya kepada kehidupan
bahagia. Maka usaha yang dapat dilakukan adalah mencari jalan preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan konstrutif (pembinaan).[3]
Sekolah dapat menumbuhkan nilai-nilai akhlak dan
prinsip-prinsip yang diperlukan dalam penyesuaian diri remaja dengan
masyarakat. dalam situasi dan kegiatan kelompok, misalnya : sekolah dapat
menumbuhkan jiwa demokrasi, keadilan, kebebasan, persamaan, kesetiakawanan dan
nilai-nilai lain, terutama nilai-nilai yang berpengaruh dengan perilaku.
Sekolah dapat membantu siswa dalam memahami tentang perkembangan perilakunya.
Guru dan semua tenaga kependidikan disekolah mempunyai
peranan yang penting dalam penanggulangan sikap dan perilaku menyimpang para
anak didik. Guru adalah tenaga pendidik yang secara tehnis mempunyai bekal ilmu
dan ketrampilan untuk membantu anak didik memperoleh sikap perilaku terpuji.
Yang disini adalah semua guru yang mampu menjangkau perasaan remaja dan
menghargai serta mendorong mereka untuk aktif dalam kegiatan sekolah serta suka
memberikan perubahan yang obyektif. Guru yang terbuka hatinya untuk
mendengarkan keluhan muridnya bagi remaja dipandang sebagai konselor yaitu
tenaga ahli di sekolah yang mempunyai tugas khusus dalam memberikan bimbingan
dan konseling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar