Senin, 07 Juli 2014

Pelaksanaan Bimbingan & Konseling; Membentuk Perkembangan Perilaku Anak

"+"



Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling;
Membentuk Perkembangan Perilaku Anak


Pada jenjang pendidikan SMP/ MTs merupakan usia-usia remaja bagi setiap peserta didik. Pada posisi ini para remaja berada dalam masa puber. Apabila pertumbuhan dan perkembangan anak telah beralih memasuki masa remaja, maka mereka akan mengalami perubahan sikap dan perilaku yang kadang-kadang drastis seperti malas belajar, lalai melaksanakan ibadah, menjadi pendiam dan pemogok, mulai merokok dan lain-lain. Sesungguhnya penyimpangan sikap dan perilaku remaja, tidak terjadi secara tiba-tiba akan tetapi melalui proses panjang yang mendahuluinya. Sedemikian banyak perubahan yang terjadi pada umur remaja itu, sudah pasti membawa kepada kegoncangan emosi.[1]  
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu telah disalahgunakan oleh sebagian manusia. Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehiduapan beragama para remaja. Berbagai hal yang disajikan lewat media elektronik dan media cetak yang tidak jarang bertentangan dengan budaya Timur dan agama Islam, akan menyesatkan perilaku para remaja. Pengaruh yang dibawa oleh berbagai media itu tentu ada yang positif dan negatif. Bimbingan keagamaan perlu diberikan agar mereka mampu menyaring memilih mana yang baik untuk diambil.[2]
Apabila kita memperhatikan remaja yang sedang mengalami kegoncangan emosi, angan-angannya banyak. Khayalan tentang yang terlarang dalam agama mulai muncul, sebagai akibat pertumbuhan jasmaninya yang mendekati ukuran orang dewasa, sedangkan kemampuan mengendalikan diri lemah. Akibatnya terjadi kegoncangan emosi, walaupun kemampuan berpikir telah matang, karena itu remaja yang sedang dalam gejala pertumbuhan yang kurang terlatih dalam nilai moral dan agama mudah terseret dalam mengagumi dan meniru apa yang menyenangkan dan menggiurkannya. Perbuatan salah perilaku menyimpang, ketidakpuasaan terhadap orang tua, dan mungkin pula melakukan hal-hal terlarang dalam agama dan hukum negara, merupakan menu sehari-hari. Karena hal-hal tersebut untuk membentengi remaja dari kemungkinan terjadinya penyimpangan. Selanjutnya dicari jalan terbaik bagi pembentukan dan pembinaan remaja agar menjadi manusia yang teguh umumnya, kokoh pendiriannya, terpuji akhlaknya dan tinggi semangatnya untuk membangun bangsa, masyarakatnya kepada kehidupan bahagia. Maka usaha yang dapat dilakukan adalah mencari jalan preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan konstrutif (pembinaan).[3]
Sekolah dapat menumbuhkan nilai-nilai akhlak dan prinsip-prinsip yang diperlukan dalam penyesuaian diri remaja dengan masyarakat. dalam situasi dan kegiatan kelompok, misalnya : sekolah dapat menumbuhkan jiwa demokrasi, keadilan, kebebasan, persamaan, kesetiakawanan dan nilai-nilai lain, terutama nilai-nilai yang berpengaruh dengan perilaku. Sekolah dapat membantu siswa dalam memahami tentang perkembangan perilakunya.
Guru dan semua tenaga kependidikan disekolah mempunyai peranan yang penting dalam penanggulangan sikap dan perilaku menyimpang para anak didik. Guru adalah tenaga pendidik yang secara tehnis mempunyai bekal ilmu dan ketrampilan untuk membantu anak didik memperoleh sikap perilaku terpuji. Yang disini adalah semua guru yang mampu menjangkau perasaan remaja dan menghargai serta mendorong mereka untuk aktif dalam kegiatan sekolah serta suka memberikan perubahan yang obyektif. Guru yang terbuka hatinya untuk mendengarkan keluhan muridnya bagi remaja dipandang sebagai konselor yaitu tenaga ahli di sekolah yang mempunyai tugas khusus dalam memberikan bimbingan dan konseling.


[1]Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Ba’adillah Press, Jakarta, 2002, hlm. 103.
[2]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 85.

[3]Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hlm. 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar