Rabu, 27 Agustus 2014

Analisis Pembelajaran

"+"

ANALISIS PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa. Proses kegiatan pembelajaran dapat berlangsung bila adanya kerja sama antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Konsekuensi dalam pelaksanaan pembelajaran  harus membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki siswa untuk menghadapi lingkungan hidupnya, baik fisik maupun lingkungan sosial di mana mereka berada.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan kombinasi variabel pembelajaran  baik itu guru, karakteristik siswa, metode pembelajaran, media pembelajaran dan sarana prasarana yang menunjang lainya. Dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial seorang guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: (a) kemampuan memberikan bekal pengetahuan tentang manusia dan seluk-beluk kehidupan dalam astagatra kehidupan, (b) membina kesadaran, keyakinan dan sikap rasa kebersamaan, bertanggung jawab, (c) membina keterampilan hidup bermasyarakat dalam negara Indonesia yang berlandas kan Pancasila, dan (d) membina, memberi bekal kesiapan untuk belajar lebih maju.[1]
Disamping kemampuan tersebut, guru dalam mengembangkan materi pelajaran, model kegiatan pembelajaran serta sistem evaluasi harus memperhatikan perbedaan karakter siswa, baik dari kemampuan belajar atau gaya belajarnya. Hal ini sangat penting diperhatikan guru agar materi pelajaran ilmu pengetahuan sosial dapat menarik, tidak membosankan, menyenangkan dan mudah diterima oleh siswa.
Untuk itu, setiap guru harus mampu mendesain kondisi (model) pembelajaran yang demoktaris, kreatif, di mana siswa terlibat langsung sebagai subjek maupun objek pembelajaran, dalam arti strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memilih kadar keterlibatan dan keragaman siswa sehingga hasil pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Pembelajaran berkualitas dapat terjadi apabila ada kerja sama yang baik antara guru dan siswa, serta didukung oleh fasilitas yang menunjang dalam kegiatan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada hasil meta analisis terhadap beberapa penelitian yang dilakukan oleh Mirrison, Mokashi dan Caffer  dari tahun 1996-2006 yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan meta analisis tersebut disimpulkan adanya 44 indikator kualitas pembelajaran yang dikelompokkan kedalam 10 kategori. Secara umum ke 10 indikator kualitas pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
(1). Rich and stimulating physcol environment, (2) Classroom climate condusive to learning, (3)  Elear ang high expection for all student, (4) Cherent, focused instruction, (5) Thougtful discoure, (6) Outhentic learning, (7) Regular diagnostic assessment fot learning, (8) Reading and writing as assential activites, (9) Mathematical reasoning, (10) Effective use of technology.
Dari hasil meta analisis tersebut dapat dipahami bahwa: (1) Lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat siswa untuk belajar, (2) Iklim kelas kondusif untuk belajar, (3) Guru menyampaikan materi pembelajaran  secara koheren dan fokus, (5) Wacana yang penuh pemikiran, (6) Pembelajaran  bersifat rill (autentik dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan siswa), (7) Adanya penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik, (8) Membaca dan menulis sesuatu kegitan yang esensial dalam pembelajaran, (9) menggunakan penalaraan pemecahan masalah dan (10) menggunakan teknologi pembelajaran.[2]
 
Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang model pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang inovatif.  Menurut Johnson  menyatakan “Attitude are important determinants of behavior. When instruction creates interest and enthusiasm, learning will be easier, more rapid, and result in higher achievement[3] (sikap merupakan penentu yang terpenting bagi perilaku). Ketika pembelajaran dibuat menarik dan bersemangat, belajar menjadi lebih mudah, lebih cepat dan prestasi menjadi lebih tinggi.
Dari pemahaman tersebut, siswa sebagai fokus utama dalam proses pembelajaran, dan untuk lebih menjamin tercapainya tujuan pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran seharusnya berpusat pada siswa. Artinya kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Keaktifan siswa dimaksud  tidak saja ditentukan dari segi fisik,  tetapi juga mental, dan sosial. Bila hanya fisik yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai, disamping itu juga guru sebagai fasilitator  harus mampu memilih dan menentukan tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur.
Melihat betapa banyaknya peran dan tanggung jawab guru, maka sebagai seorang guru harus mampu menguasai tuntutan dari profesinya. Mulai dari kompetensi pribadinya, kompetensi mengajarnya, profesinalisme guru, dan  kreativitas guru. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, kreatif, aktif, dan efektif maka guru harus memiliki kemampuan dan usaha yang maksimal.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah kemampuan menggunakan metode yang bervariasi. Metode mengajar adalah cara dalam melaksanakan strategi pembelajaran. Dalam pemilihan metode, sebaiknya para pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) tujuan pendidikan, (b) kemampuan pendidik, (c) kebutuhan siswa, dan (d) isi atau materi pembelajaran.[4]
Metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru diantaranya: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kisah/cerita, demonstrasi, karyawisata, tutorial, perumpamaan, pemahaman dan penalaran, suri teladan, peringatan dan pemberian motivasi, praktek, bimbingan, kerja sama, tulisan, dan metode penugasan[5]  Menurut Santrock salah satu tujuan penting pembelajaran adalah membantu murid menjadi lebih kreatif. Strategi yang dapat mengilhami kreativitas murid antara lain brainstorming, memberi  murid lingkungan yang memicu kreativitas, tidak terlalu mengatur murid, mendorong motivasi internal, mendorong pemikiran yang fleksibel dan menarik, dan memperkenalkan murid dengan orang-orang yang kreatif[6]



[1] Tim Dosen IPS, Diktat Dasar-dasar IPS,  (Yogyakarta: FISE, Universitas Negeri Yogyakarta, 2002) hlm. 27
 [2]Sugeng Eko Putro Widoyoko,Model Pembelajaran Evaluasi Program Pembelajran IPS di SMP (Desertasi), (Yogyakarta:  Program Pascasarjana UNY, 2008).
[3]Johnson, DW. & Johson, R.T ., Meaningful Assessmen: A manageable and cooperative process, (Boston:  Ally and Bocon, 2002) hlm. 168
 [4]Suwardi, Manajemen pembelajaran: menciptakan guru kreatif dan berkompetensi, (Surabaya: PT. Temprina Media Grafika, 2007). hlm. 62
[5]Fathurrohman, P. & Sutikno, M. S., Strategi belajar mengajar: melalui penanaman konsep umum dan konsep islami. Cet. II, (Bandung: Refika Aditama, 2007). hlm. 61
             [6]Santrock, J. W. Life-span development (5th ed), (Terjemahan Ahmad Chusairi & Juda Damanik), University of Texas at Dallas: Brown Communication, Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 1995). hlm. 366

Tidak ada komentar:

Posting Komentar